Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap corak referensi fikih yang digunakan majelis taklim di Kalimantan Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan tipe yuridis sosiologis dan menggunakan pendekatan socio-legal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa referensi fikih yang digunakan majelis taklim terlihat bercorak dengan beragam ideologi. Setidaknya ditemukan ada empat corak yaitu corak referensi fikih bertendensius, corak referensi fikih perbandingan dan percampuran ideologi alias non mazhab, corak referensi fikih yang mengusung ideologi organisasi dan corak referensi fikih yang lebih cenderung ke mazhab Syafi‘i. Dari keempat corak di atas tampaknya corak referensi fikih bertendensius baik secara tarji>h} maqa>s}id atau pun ma>la>t al-af‘a>l lebih membawa kepada kemudaratan bahkan tidak membuat untung umat muslim secara keseluruhan, karena secara praktiknya terindikasi adanya pembelokan atau pengelabuan yang mungkin kurang disadari masyarakat. Seandainya kehadiran corak bertendensius ini menerima pluralisme ideologi tentu tidak bermasalah tetapi yang terlihat justru mirip politik belah bambu yang diskenario sesuai dengan kepentingan dan status mereka untuk mengusung ideologinya sendiri. Di samping corak referensi fikih bertendensius, tentu corak referensi fikih perbandingan dan percampuran ideologi alias non mazhab perlu mendapat sorotan. Diakui corak percampuran ideologi ini memiliki kemaslahatan tetapi bagi masyarakat yang kurang siap secara az\-z\ari>‘ah tentu akan menghadapi problem tersendiri yang bahkan membawa kepada kekacauan ideologi.
Artikel ini dipublikasikan di Jurnal el-Mashlahah, Vol. 14 No. 1 (2024). Tentu banyak kekurangannya dan perlu untuk diteliti Kembali atau dilihat dari sisi yang lain. Jika tertarik dengan artikel ini dapat didownload di sini atau di sini.
